Banyak jalan menuju roma….. ternyata pepatah tersebut rupanya mengilhami para petani dalam budidaya tanaman. Ketika tanah/lahan sebagai media tanam tidak cocok dengan suatu tanaman seperti jahe di Brebes bagian Utara yang bertekstur liat, dan tidak cocok untuk tanaman jahe. Lalu dilakukan budidaya jahe dengan meramu media tanam yang lebih remah dengan mencampur ladon, pupuk kandang dan sedikit tanah dengan budidaya dalam karung. Atau mungkin ketika budidaya bawang merah mengalami kejenuhan, lalu mencoba ke komoditas lainnya.
Budidaya jahe dengan menggunakan karung dengan media yang remah telah dilakukan oleh peneliti Hepperly dkk di Hawai sejak 2004, untuk menghasilkan benih yang sehat, bebas dari penyakit seperti layu bakteri yang sering menjadi kendala dalam budidaya tanaman (Soil and Crops Management, June, 2004), serta saat ini juga sedang di kembangan UPBS Balittro. Di masyarakat pada akhir-akhir ini budidaya dengan karung, dan menggunakan media tanam dengan memperbanyak bahan organik dilakukan para petani di Banjarnegara dan Brebes. Dalam upaya pendampingan teknologi budidaya jahe dan juga umpan balik dari petani/kelompok tani pada hari Sabtu, 6 Juli 2013, Dr. Sukamto dkk. (UPBS Balittro), telah dilakukan kunjungan lapang ke petani diantaranya Kelompok Tani Jahe Organik Desa Larangan Kec. Larangan Kabupaten Brebes.
Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai 2 bulan pada 5-10 cm dari pangkal rimpang. Menurut mereka, pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada rimpang. Setelah karung-karung berisi tanaman yang sudah dipangkas, lalu tanaman dibiarkan hingga muncul tunas-tunas tanaman baru dari dalam rimpang. Akan tetapi tidak jarang berdasarkan kondisi dilapang tanaman ini batangnya menguning. Kemungkinan luka inilah yang menyebabkan mudahnya terserang penyakit. Oleh karena itu diperlukan penelitian berkaitan dengan cara pemangkasan yang baik dan benar serta sejauhmana korelasinya dengan jumlah produksi rimpang yang dihasilkan.
Dengan teknik budidaya tersebut para petani memperkiran biaya yang dikeluarkan sebagai modal sekitar Rp 30.000,- hingga Rp 40.000,-/ karung. Memang perlu diakui budidaya intensif ini terbilang relatif tinggi biaya (high cost) dan tidak semua petani bisa melakukannya. Prediksi hasil panen yang fantastis 20 kg/karung ditambah harga jahe yang relatif tinggi dibanding komoditas hortikulkura lainnya, petani memperhitungkan keuntungan yang berlipat-lipat dari budidaya jahe dengan sistem ini.
Umur Jahe 60 hari
Kelompok Tani Jahe Organik desa Larangan membudidayakan pertanaman jahe dalam karung ukuran 40 x 100 cm dengan media tanam bokasi dari bahan limbah pabrik penggergajian kayu. Karung baru digunakan sekali pakai. Bibit jahe berasal dari sumber petani lain bukan bibit tersertifikasi. Benih disemai terlebih dahulu dengan cara dihamparkan atau diangin-anginkan. Media tanam (Bokhasi + pasir ladu) dimasukan kedalam karung sebanyak 0,2 dari volume karung. Benih ditanam masing-masing 250 g/karung. Karung ditata dengan 5 jumlah baris dalam kolom. Kurang lebih setiap 15 hari sekali, petani menambahkan media bokashi ke dalam karung agar rimpang yang terlihat dapat tertutupi. Dalam sistem budidaya ini yang unik dan diperlukan penelitian lanjut, petani tidak menambahkan pupuk anorganik dalam petanaman jahe dan melakukan pemangkasan tanaman.
Perlakuan Pemotongan batang jahe ketika umur 2 bulan
Salah satu tantangan dalam teknik budidaya diperlukan penanganan intensif pada tanaman mulai dari penanganan bokasi untuk media tanam, irigasi, kegiatan pemangkasan, dan penambahan media secara rutin. Jika teknik budidaya ini dapat berhasil dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, hal yang sangat menguntungkan adalah efisiensi penggunaan lahan sebesar 90% dari budidaya konvensional. Itu artinya petani untuk membudidayakan 1000 karung (1000 m2) setara dengan budidaya konvensional 1 ha. Efisiensi yang lain tentunya penggunaan benih tanaman yang digunakan. Keuntungan lainnya budidaya dalam karung ini dapat di arahkan untuk budidaya organik dengan mengadopsi teknologi-teknologi Balittro yang telah dihasilkan. Selain itu juga bila digunakan untuk menghasilkan benih dapat menjadi sumber benih yang sehat. Dan dengan kondisi yang terkontrol produksi jahe dapat ditargetkan sesuai dengan permintaan.
Hasil semoga kreatifitas yang dilakukan petani ditambah dukungan beberapa pihak terutama Balittro akan menjadi sebuah INOVASI dan terobosan dalam meningkatkan produksi jahe, untuk kesejahteraan rakyat….dan tak perlu import jahe dari China atau India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar