.............

Tampilkan postingan dengan label Pakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pakan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Juli 2014

Cara Mudah Budidaya Cacing Tanah Lumbricus Rubellus



Tahap awal untuk melakukan ternak atau budidaya cacing tanah lumbricus rubellus kita harus menyediakan media atau sarang untuk bibit cacing, media perlu diukur PH tanah dengan kertas lakmus dan suhu dengan thermometer, untuk mengetahui ukuran PH dan suhu silahkan lihat di sini tempat hidup cacing, apabila alat pengukur tidak ada kita dapat melakukan pengetesan media dengan cara yang sangat sederhana, yaitu, masukkan bibit sedikit demi sedikit, antara 5-10 ekor bibit.

Bila media atau sarang tersebut memenuhi syarat, tidak mengandung bahan beracun, zat-zat kimia yang tidak disukai cacing atau PH-nya terlalu tinggi atau terlalu rendah maka cacing tidak akan mau bersarang dan akan tetap berada dipermukaan media. Untuk mengetahui media yang memenuhi syarat untuk hidup cacing silahkan baca di sini media untuk cacing.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya media yang demikian diproses lagi (disiram air dan disaring, sampai tidak ada air yang berwarna cokelat menetas). Ingat media harus selalu dalam keadaan basah tetapi tidak tergenang air. Bila tidak, harus dibuatkan kembali media yang baru.

Untuk mengetahui apakah media sudah memenuhi syarat atau belum bila dalam waktu 12 jam cacing tetap tenang di dalam media, itu menandakan bahwa cacing tetap betah dan cocok hidup di media tersebut. Kemudian hamparkan bibit cacing yang lain secara merata di atas media. Setelah itu tutup bak-bak tersebut dengan menggunakandaun pisang, kertas Koran atau plastik, yang bertujuan untuk mengurangi penguapan dan sinar matahari.

Setiap bak berupa ember plastik atau besek berukuran 50 x 40 x 30 cm dapat menampung kurang lebih 1 ons bibit cacing atau sekitar 100-130 ekor bibit. Sebagai perbandingan, dari referensi sebuah media (Koran) seorang peternak menebarkan bibit cacing tanah sebanyak 0,50 kg untuk bak ukuran 1 meter persegi.

Pakan Cacing Tanah
Walaupun media atau sarang juga berfungsi sebagai sumber makanan akan tetapi dengan berkembangnya cacing perlu juga diberi makan tambahan dan perlu diperhatiakn bahwa cacing tanah adalah binatang yang senang makanan yang ada dipermukaan sarangnya. Cacing tanah menghabiskan   makanan sama dengan berat badannya dalam 24 jam.

Porsi makanan yang diberikan menggunakan pola makanan sama dengan berat badan cacing dalam 24 jam, jika dalam satu bak terdapat 1 ons cacing, maka porsi makanan adalah 1 ons dalam 24 jam. pemberian pakan diusahakan dalam bentuk larutan/bubur, dengan perbandingan air: makanan = 1 : 1.
Selama sarang atau media tersebut masih memenuhi syrata sebagai sumber makanan, makanan tambahan tidak perlu diberikan. Tetapi biasanya setelah 1 (satu) bulan, diberikan pakan tambahan.

Pemberian makanan, yang paling ekonomis adalah pemberian makanan yang berupa sampah organic atau sampah dapur, kotoran ternak. Kotoran yang dipakai untuk pakan sebaiknya yang sudah matang, karena kotoran yang masih segar masih mengalami proses penguraian sehingga masih panas. Perlu didiamkan beberapa hari dulu supaya menjadi matang. Dianjurkan memberikan makanan secara bertahap, jangan sekaligus. Karena bila terlalu banyak bisa menyebabkan temperature menjadi naik dan cacing tanah bisa mati.

Untuk produksi kokon (telur), pakan yang diberikan dapat berupa satu macam kotoran hewan yang sudah matang tanpa campuran apapun atau kotoran hewan dengan kompos hijau (dari tanaman atau daun-daunan) denagn perbandingan 30:70.

Untuk menghasilkan cacing tanah yang gemuk, maka pakan harus terdiri atas kotoran hewan dicampur kompos hijauan dengan perbandinagn 2:1 atau dapat juga diberikan kompos hijauan dengan bubur kertas bekas, denagn perbandingan 1 : 1.

Untuk meningkatkan kualitas cacing, bahan makanan bisa ditambahkan dari campuran dedak atau konsentrat yang juga dihancurkan. Makanan ini perlu dihancurkan agar bercampur dengan media (lapisan) yang menjadi tempat berkembangnya cacing.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah adalah sebagai berikut:
  •     Pakan yang berupa kotoran ternak dimasukkan ke dalam wadah kemudian dicampur dengan air dan diaduk sehingga hancur berupa bubur.
  •     Bubur pakan ditaburkan merata tipis-tipis diatas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 cm dari tepi wadah/bak tidak ditaburi pakan. Seluas yang ditaburi pakan ditutupi dengan plastik atau pelepah pisang yang tidak tembus cahaya.
  •     Lakukan pemeriksaan besoknya, apakah pakan itu habis dimakan atau tidak. Untuk pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa terlebih dahulu harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
  •     Pekerjaan pemberian pakan, dilakuakn tiap hari sampai cacing tanah itu dipanen

Perkembangbiakkan Cacing Tanah
Cacing tanah adalah hewan yang memiliki dua kelamin dalam satu tubuh, jantan dan betina (hermaphrodite), akan tetapi tak dapat membuahi dirinya sendiri. Pembuahan tidak akan terjadi tanpa adanya bantuan cacing lain. Perkawinan dilakukan dengan cara meletakkan bagian belakang denagn posisi yang saling berlawanan dan diperkuat dengan seta. 

Pada saat itu klitelium (alat kelamin) masing-masing mengeluarkan lendir untuk melindungi spermatozoa yang dihasilkan oleh alat kelamin jantan masing- masing spermatozoa lalu masuk kedalam kantung penampung sperma dari pasangannya, selanjutnya membentuk selubung cocon (telur cacing) yang bergerak ke arah mulut.

Pada waktu melalui lubang penampungan sperma masuklah spermatozoa ke dalam cocon dan terjadilah pembuahan, selubung cocon harus bergerak ke arah mulut hingga terlepas dari cacing tanah dan membentuk cocon. Cocon kemudian dilatakkan di tempat yang lembab dan akan menetas dalam waktu 14-21 hari kemudian.

Setiap cocon menghasilkan antara 4-7 ekor cacing. Cacing tanah menjadi dewasa setelah berumur 2-3 bulan dan siap berkembang biak. Setiap 7-10 hari cacing tanah akan menghasilkan 1-2 cocon. Diperkirakan seekor cacing tanah akan menghasilkan 1000 ekor anak dalam setahun. Dari beberapa referensi menyebutkan perkembangbiakkan cacing tanah yang diternakkan relative lebih produktif, berbeda dengan  di alam bebas, yang banyak mengalami gangguan binatang lain.

Cara Pemeliharaan Cacing Tanah
Cacing tanah merupakan binatang yang takut akan sinar, karena itu wadah berupa bak harus ditempatkan pada tempat yang teduh dan jika perlu ditutup, terutama pada siang hari. Apabila menggunakan bak permanen  sebaiknya pembuatan bak ditempat teduh, misalnya dibawah pohon dan diberi pelindung atap genteng, supaya tidak kena hujan dan sinar matahari langsung.

Di dalam pemeliharaan, sarang atau media cacing tanah harus dijaga kelembapannya, dengan cara diperciki air setiap hari. Penyiraman diupayakan agar air tidak tergenang dan setelah itu bak-bak selelu ditutup dengan daun pisang., plastik kertas Koran atau karung goni yang telah dibasahi. Disamping itu, pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah menghindarkan cacing dari gangguan binatang seperti semut, cecak, tikus, lintah, kecoa, dll.

Dengan penyiraman dan penggemburan dapat menghindarkan cacing dari gangguan tersebut, atau bak-bak dapat ditutup denagn kasa yang halus. Bila menggunakan bak dari ember plastic, besek yang berada di rak tersusun, untuk menghindari semut, kaki rak diberi tatakan (mangkok, yang diisi olie, air atau serbuk kapur anti semut).

Setelah dua minggu dari masa peletakkan pertama, induk-induk cacing dipindahkan ke media lain sambil menanti kokon-kokokn itu menetas.  Begitu juga setiap 2 minggu berikutnya, induk-induk cacing yang sudah bertelur dipindahkan ke media lain. Perlakuan ini juga untuk anak-anak cacing yang telah berusia 3,5 bulan dan mulai bertelur. Cara memindahkan induk cacing bisa denagn cara langsung mengaduk-ngaduk media dalam “kandang”, bisa juga dengan meletakkan makanan di salah satu sudut kandang hingga induk cacing akan mudah berkumpul dan mudah dipindahkan.
Selama masa pemeliharaan, cacing-cacing itu dibagi dalam beberapa fase.
  • Fase pertama  : perkembangan , dimulai sejak kokon (telur) menetas menjadi anak cacing hingga usia 2,5 bulan atau 3,5 bulan. Pada usia ini cacing bisa dijual untuk indukan atau bibit.
  • Fase kedua: usia 4 sampai 7 bulan, yang merupakan masa produktif cacing menghasilkan kokon.
  • Fase ketiga : usia 7 bulan ke atas, yang sudah tidak produktif lagi.

Cacing-cacing dalam ketiga fase itu semuanya laku dijual dan tentu saja harganya berbeda-beda. Cacing pada fase pertama, biasanya dikonsumsi oleh para peternak cacing untuk  dijadikan indukan. Sedangkan cacing usia fase kedua, lebih banyak dikonsumsi untuk pabrik obat. Dan cacing usia fase ketiga dipakai untuk makanan (pellet) ikan lele. Kalau untuk campuran bahan kosmetik, biasanya dimabil dari usia 4 bulan ke atas, karena kadar crude oil-nya cukup baik.

Hama Cacing Tanah

Selain pemeliharaan  yang telah diuraikan diatas, ada satu hal yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan untuk menghindari cacing dari hewan pengganggu,  seperti kodok, ayam, tikus, semut, kelabang, lintah dan lain-lain. Hama – hama tersebut dapat menghabiskan cacing-cacing atau kokon yang ada denagn berbagai cara, sehingga dapat menggagalkan usaha budidaya ini.

Kodok/katak
Salah satu makanan yang  disukai katak adalah cacing, yang perlu diwaspadai apabila ruangan yang digunakan untuk beternak dihalaman yang menggunakan landing dari bak tembok, untuk mencegah agar katak tidak dapat meloncat masuk kandang, sebaiknya kandang diberi tutup kawat kassa dengan lubang yang agak lebar, supaya sirkulasi udara kandang tetap terjaga, tetapi katak tidak dapat masuk ke dalam bak. Berbeda hal nya, bila menggunakan ruangan ( iin door), hal ini kemungkinan katak masuk rumah/ruangan sangat kecil.

Ayam
Demikian pula perlakuan untuk menghindari agar ayam tidak dapat masuk kandang cacing, untuk bak permanen yang tentu saja mudah bagi ayam untuk memangsa cukup aman bagi ayam untuk bisa mengganggu.

Tikus
Baik lokasi ternak diluar maupun didalam ruangan, kedua-duanya sangat memungkinkan bagi tikus, yang merupakan salah satu musuh cacing tanah ini, untuk lokasi yang ada didalam ruangan, denagn system rak susun, paling tidak akan terhindar dari seranagn tikus, namun perlu juga dipuyakan dipinggir-pinggir lantai ruangan bisa ditaburkan kamper/kapur barus, dengan bau kamper dapat menghindari adanya tikus. Usaha lain dapat memasang perangkap tikus dari bahan lem atau jepitan tikus, atau bisa juga menggunakan serbuk racun tikus.

Semut
Predator yang satu ini, memiliki kelebihan pada penciuman, sehingga apabila ada bau cukup merangsang bagi penciuman semut, dalam waktu yang singkat, semut-semut akan berdatangan. Namun usaha pencegahan terhadap semut ini, relative gampang, yakni dengan cara setiap kaki rak susun diberi tatakan plastic kenudian di isi olie atau bisa menggunakan solar, minyak goring.

Kelabang atau lintah
Untuk menghindari hewan pengganggu seprti kelabang dan lintah, dapat diusahakan dengan cara sering menyirami media, dan bila perlu diatas media diberi daun tembakau.

Rabu, 11 Juni 2014

Cara mudah beternak kroto



Untuk memulai budidaya kroto atau ternak semut rangrang ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, namun sebelum memulai pada tahapan-tahapan tersebut  sebaiknya kita mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar  budidaya kroto ini. Untuk langkah pertama yaitu kita siapkan terlebih dahulu  peralatan yang dibutuhkan diantaranya : rak susun, toples atau pipa, dan wadah untuk pakan dan minum.



Budidaya kroto, Cara Budidaya Kroto, ternak kroto, Budidaya Semut Rangrang, cara ternak kroto, budi daya kroto, ternak semut rangrang, budidaya kroto rumahan
Pembuatan Rak Untuk Budidaya Kroto
Rak yang dipakai bisa dari bahan besi, kayu atau pipa yang disambung. Rak besi ini bertujuan untuk koloni semut rangrang agar mereka dapat hidup di sekitar rak itu saja tidak keluar dari area rak tersebut, selain itu dengan  adanya rak tersebut kita dapat memonitor perkembangan  semut rangrang yang ada didalamnya.

Ukuran rak yang standar yaitu memiliki tinggi 1,5 m panjang 2m dan lebarnya 0,5m. Kemudian buatlah tahapan-tahapan pada rak tersebut dengan  ketinggian 30-40 cm dengan alas triplek, dan untuk ketinggian kaki dari batasan lantai ke rak yang paling bawah ukurannya sama yaitu 30 cm, hal ini menjaga semut supaya tidak keluar dari rak.


Sama halnya seperti rak untuk budidaya ulat hongkong, rak untuk budidaya kroto atau semut rangrang pun bagian kaki rak harus memakai wadah yang berisikan air atau oili, hal ini bertujuan untuk menjaga semut keluar dari rak atau kabur.

Rumah Sarang Untuk Semut Rangrang
Media yang biasa digunakan untuk tempat sarang semut rangrang yang sering di pakai oleh para peternak semut rangrang yaitu toples plastik dan pipa.  Apabila kita menggunakan toples maka buatkan lubang pada toples tersebut dengan  diameter 1 cm dibagian samping atas toples, hal ini penting karena lubang kecil ini nantinya akan dijadikan jalur  untuk keluar masuk semut rangrang tersebut pada saat mengambil pakan yang berada diluar toples.

Setelah toples dilubangi maka semut rangrang siap untuk dimasukan, setelah semut masuk pada toples maka toples yang sudah dilubangi tersebut, tutup lubangnya sekitar 2-3 jam hal ini dilakukan supaya semut yang baru mendiami toples tersebut dapat beradaptasi  di dalam toples tersebut.

Sedangkan apabila anda ingin menggunakan pipa pvc atau paralon maka yang harus diperhatikan ukuran pipa tersebut, ukuran pipa yang akan digunakan yang memiliki ukuran 1,5 atau 2 inci, dan perlu diperhatikan bahwa ukuran ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas semut tersebut ketika menghasilkan kroto.

Setelah anda mendapatkan pipa yang sesuai, potonglah pipa tersebut dengan ukuran panjang 20 cm, ukuran ini untuk memudahkan penyimpanan pipa tersebut di atas rak.

Tempat Pakan Untuk Semut Rangrang
Seperti yang telah ditulis pada postingan sebelumnya bahwa jenis pakan untuk semut rangrang ada beberapa macam, jenis-jenis pakan ini sangat berpengaruh pada perkembangan semut rangrang dan secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas kroto yang dihasilkan.
Untuk lebih jelasnya apa saja pakan tersebut silahkan baca dulu di sini Pakan Semut Rangrang.

Setelah kita mengetahui jenis pakan untuk budidaya kroto ini, selanjutnya yang tidak kalah pentingnya yaitu tempat pakannya. Untuk tempat atau wadah pakan ini kita  bisa menggunakan baki atau nampan plastic, jumlah yang disediakan minimal 2.

Dan yang harus diperhatikan pada tempat pakan ini yaitu harus selalu terisi makanan jangan sampai kosong, biasanya kalau tidak tersedia makanan semut rangrang akan berusaha keluar dari rak tersebut untuk mencari makan. Kemudian satu hal lagi yang perlu diperhatikan yaitu tempat pakan harus selalu bersih.

Cara Menyimpan Bibit Semut Rangrang
Budidaya kroto toples, Budidaya kroto, Cara Budidaya Kroto, ternak kroto, Budidaya Semut Rangrang, cara ternak kroto, budi daya kroto, ternak semut rangrang, budidaya kroto rumahan
Bagi anda yang mendapatkan bibit semut dari alam, maka anda tinggal meletakkan sarang semut tersebut di atas pipa (paralon) yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan biarkan sampai daun sarangnya mengering. Biarkan koloni semut rangrang tersebut berpindah secara sendirinya, setelah meninggalkan sarang daun tersebut maka kita ambil dan buang daun bekas sarang tersebut supaya tidak mengotori rak tersebut.

Dan apabila anda mendapatkan atau membeli bibit dari tempat pembibitan, maka anda harus menyebarkan bibit tersebut ke susunan selongsong pipa paralon pada rak. Kemudian anda selipkan 1-2 selongsong paralon yang berisi koloni diantara 10-25 selongsong paralon  yang sudah disusun, dengan cara tersebut semut rangrang akan membentuk sarang baru secara alami dengan merajut jaring-jaring dari telur semut, dan secara alami semut-semut tersebut akan menghasilkan kroto-kroto pada tempat tersebut.

Bisnis budidaya kroto ini sangat menjanjikan dari segi ekonomi, seperti yang pernah saya bahas sebelumnya bahwa konsumen kroto tidak hanya di Indonesia saja bahkan sampai juga ke Malaysia (lebih lengkap baca di sini Bisnis Kroto).

Maka bagi anda yang ingin mencoba atau baru memulai bisnis kroto ini saya sarankan harus memahami terlebih dahulu kehidupan tentang semut rangrang ini, supaya pada saat kita membudidayakan semut rangrang ini kita dapat meminimalisir kegagalan-kegagalan (kerugian).

Dan satu lagi saran saya, apabila anda ingin paham betul tentang panduan cara budidaya kroto modern ini silahkan anda baca buku yang berjudul “kupas Tuntas BUDIDAYA KROTO CARA MODERN” yang ditulis oleh BAYOU PRAYOGA, dan diterbitkan oleh Penebar Swadaya. Buku tersebut mengupas semua seputar kroto dan cara budidayanya secara lengkap.

Selasa, 05 November 2013

Cara Mudah Bisnis Budidaya Ternak Domba



1. SEJARAH SINGKAT

Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.

3. JENIS

Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili
Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh
dunia, seperti:

1) Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia

2) Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.

3) Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.

4) Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.

Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat

4. MANFAAT

Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.

Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:

a) Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.

b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.

c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.

Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe,
yaitu:

a. Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.

b. Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.

6.2. Penyiapan Bibit

Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

a) Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal.

b) Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.

2) Reproduksi dan Perkawinan

Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.

b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.

3) Proses Kelahiran

Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.

Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:

a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.

Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.

2) Pengontrolan Penyakit

Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.

3) Perawatan Ternak

Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang\ lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.

Perawatan ternak dewasa meliputi:

a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar\ matahari pagi.

b. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.

c. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.

4) Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus
tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya
digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:

a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.

b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.

c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin.

d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.

Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

5) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).

6) Pemeliharaan Kandang

Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1) Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.

2) Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.
Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan.
Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).

3) Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan.
Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.

4) Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan.
Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.

5) Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia.
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis..
Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang.
Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.

6) Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku.
Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba
Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir.
Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.

7) Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur.
Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.

8) Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun.
Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi.
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.

9) Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini.
Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata).
Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.

10) Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba.
Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis.
Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.

11) Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.
Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.

12) Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.
Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang.
Pengendalian: pemberian obatobatan antibiotika melalui air minum.

Sabtu, 02 November 2013

Cara mudah Bisnis Berternak Kambing agar MenguntungKan


Di Indonesia Ternak kambing sudah biasa dilakukan, terutama oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan. hampir semua masyarakat dipedesaan meraka memelihara kambing sapi, ayam, dll.

Cara Merawat Dan Memelihara Kambing Sedapat mungkin kambing setiap hari dilepas di lapangan pengembalaan atau ditambatkan dengan tali panjang di tempat yang banyak rumput dan daun-daunan untuk menghindari kambing berkeliaran ke mana-mana. Mengembalakan jangan terlalu pagi karena rumput-rumputan masih banyak yang berembun, sehingga dapat menyebabkan penyakit kembung rumput. Waktu yang baik untuk menggembalakan adalah mulai 9.00 pagi dan dibawa kembali ke kandang pada sore hari kira-kira jam 16.00.

Untuk malam hari, di kandang perlu disediakan hijauan berupa rumput dan kacang-kacangan dicampur dengan daun-daunan.

Jika kambing tidak digembalakan, maka makan an diberikan dikandang dua kali sehari,yaitu pada pagi hari kira2 jam 8.00 dan sore hari kira2 jam 16.00. Hijauan yang akan diberikan pada pagi hari dapat dipotong pada sore hari sebelumnya. Air minum perlu diganti setiap hari dan diberikan secukupnya.

Kambing hendaknya dimandikan pada waktu-waktu tertentu, terutama pejantan harus sering dimandikan. Ternak yang basah karena kehujanan sebaiknya dilap dengan lap yang bersih dan kering.

Keuntungan merawat kambing banyak sekali, disamping kotoran kambing yang bisa dijadikan pupuk. bubidaya atau beternak kambing sangat cepat  bereproduksi daripada merawat sapi.

Biasanya kambing membutuhkan 145-155 hari sejak awal kandungan sampai beranak. atau bisa 2 kali dalam 1 tahun.

Mengawinkan
Kambing betina yang sedang "dalam masa berahi biasanya membiarkan dirinya didekati dan dikawini oleh kambing jantan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil kawin alam yang baik adalah :

  • Segera kawinkan ternak yang menunjukkan tanda-tanda berahi. Jika berahi terlihat pada malam hari sebaiknya dikawinkan pada besok harinya (pagi hari), sedang kalau terlihat pada pagi hari sebaiknya dikawinkan pada siang atau sore harinya.
  •  Untuk mengawinkan sekelompok betina adalah dengan memasukkan pejantan ke dalam kandang kelompok betina tersebut. Pada sore hari kira-kira jam 17.00 pejantan dimasukkan ke kandang kelompok betina (8-10 ekor), kemudian kira-kira jam 6.00 pagi hari berikutnya dikeluarkan dari kandang dan dimasukkan lagi pada jam 17.00. Dengan cara ini secara alam jantan dapat memilih atau mengambil kesempatan untuk mengawini betina yang sedang berahi. Begitu seterusnya sampai 1-2 bulan, yaitu sampai semua betina telah dibuahi dan diharapkan semua betina telah bunting.
  • Kambing yang telah melahirkan sekitar 16 minggu atau pada tanda berahi yang ketiga setelah melahirkan, dikumpulkan dengan pe jantan agar terjadi kebuntingan
  • Seekor pejantan dapat melayani 25-40 ekor kambing betina.

Waktu Bunting
Kambing betina yang sedang bunting perlu mendapat perhatian khusus agar jangan sampai terjatuh, terperosok, tertumbuk atau terpukul. Karena harus membagi makanannya dengan fetus yang sedang tumbuh dalam kandungannya, maka perlu diberi makanan penguat, terutama pada betina yang bunting tua.

Kira-kira sebulan menjelang melahirkan sebaiknya betina yang bunting dipindahkan ke kandang tersendiri dan dapat dimasukkan kembali ke dalam kelompoknya setelah 2 minggu melahirkan.

Waktu melahirkan
Kandang betina yang akan melahirkan hendaknya diberi jerami kering dan bersih. Pada saat kambing beranak harus diawasi, tetapi jangan sampai membuat ternak terganggu atau ketakutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu kambing melahirkan adalah :

- Sewaktu anak baru lahir, bersihkan bagian hidung dan mulutnya dari lendir

- Ikatlah tali pusar dengan benang yang bersih kira-kira 2 Cm dari perut. Tali pusar disebelah luar ikatan dipotong dan bekas luka diolesi dengan jodium tinctuur.

- Ajarilah anaknya agar bisa menyusu, terutama jika induknya baru pertama kali melahirkan. Air susu pertama yang agak kental (kollostrum) sangat penting bagi anak kambing karena mengandung zat antibodi (penangkal penyakit).

Masa Menyusui
Agar bertumbuh dengan baik, anak-anak kambing perlu mendapat air susu yang cukup. Pada umur sekitar 1 minggu anak kambing bisa mulai diberi hijauan dan makanan penguat.

Selama menyusui, induk perlu mendapat tambahan makanan penguat agar produksi susunya cukup dan kondisi tubuhnya tetap sehat.

Jika induk mati waktu melahirkan, anak disusukan kepada induk lain yang kebetulan mempunyai anak yang hampir sama umurnya.

Untuk membatasi pergerakan induk selama menyusui, dapat dilakukan dengan menambat induk tersebut dalam kandang, sedang anaknya dibiarkan bebas.

Penyapihan
Penyapihan biasanya dilakukan pada waktu anak kambing berumur 3-5 bulan. Pada umur setelah lepas sapih adalah masa yang baik sekali untuk pemeliharaan anak kambing yang digemukkan guna dijual sebagai hewan potongan. Untuk maksud ini anak kambing diberi makanan yang baik dengan tambahan makanan penguat dan sudah dapat dijual 3-4 bulan setelah digemukkan. Kambing muda untuk calon bibit tidak perlu dipelihara seperti ini.

Pengebirian (Kastrasi)
Jika anak kambing tidak akan dijadikan sebagai pejantan, maka dapat dikebiri (dikastrasi) agar menjadi gemuk dan dagingnya lebih enak dan empuk. Pengebirian dapat dilakukan pada anak kambing umur 2-3 minggu.

Pengebirian dilakukan dengan menyayat kantong buah zakar kira-kira sepertiga dari ujungnya, kemudian dipijat sehingga buah zakar keluar dari kantongnya, lalu ditarik sambil diputar sampai putus. Bekas tali zakar yang putus diolesi dengan Jodium tinctuur serta serbuk Sulfa.

Pengebirian dapat pula dilakukan dengan memakai karet gelang (Elastrator). Caranya ialah dengan menjepit kuat pangkal kantong zakar selama sepuluh menit dengan karet tersebut. Biarkan sampai buah zakar dan kantongnya mengecil dan mengering, akhirnya akan lepas dengan sendirinya.

Cara lain adalah dengan memakai Tang Burdizzo. Caranya sama seperti dengan karet gelang, hanya alat penjepitnya yang berbeda.

Merawat Kuku
Hal-hal yang penting dalam merawat kuku adalah :

- Potonglah kuku jika telah panjang dan bersihkan dari kotoran sebab bisa menyebabkan kebusukan kuku.

Pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi pendarahan.

- Jika terlihat adanya luka atau borok kuku, cucilah kuku tersebut dengan larutan desinfektan.




Kamis, 19 September 2013

cara mudah membuat pakan alternatif ayam Bangkok atau Aduan



Dari hasil penilitian para peternak ayam petarung di Bangkok, bahwa standart yang dibutuhkan ayam petarung remaja adalah.

1. Protein ……………….. 16% s/d 18%.
2. Karbohidrat …………...43% s/d 47%.
3. Lemak …………………... 5% s/d 7%.
4. Serat …………………..... 4% s/d 6%.
5. Calsium ……………….. 3.5% .

Komposisi untuk mendapatkan kandungan diatas dengan :

Bahan pakan...........Komposisi(kg )........Protien (%).....Karbohidrat (%).......Lemak (%)........ ..Serat (%)......Calsium (%)...... P& L (%)

1.Dedak halus ......17.......6.48..........24...........4.49..........4.384..........0.054..........0.49

2.Jagung giling...... 6........1.935..........13.31......0.71.........0.158..........0.193.........0.085

3.Udang kecepe .....1........3.22.......0.72.........0.25..........0................0.363............0.088(tidak asin )

4.Kacang hijau.......1.........3.22........0.7..........0.46 .........0.244.........0.011............0.021(giling halus)

5. Bungkil kelapa ...6.........1.935......8.32........0.215.......1.09...........0.038 .........0.006

Total....................31kg........16.79.....47.05......6.125.......5.876........0.66............0.69

Dari kandungan diatas hanya calsium yang kurang 2,84% kekurangan tersebut diperoleh dari tambahan Premix ( multivitamin yang dapat dibeli bebas pada penjual pakan ayam ) sebanyak 0.2 kg / komposisi diatas.
semua Bahan Pakan diaduk rata dan simpan ditempat kering.


Kalkulasi biaya untuk bahan pakan tersebut per hari ini 22-april -2009.

Dedak Halus………. ..= 17 kg..x..Rp1100 /kg…..=.. Rp..18700.-
Jagung giling…………..= ....6kg. x .Rp.3300/kg….=....Rp..19800,-
Udang kecepe………..=…..1kg.x..Rp.8200/kg…...=....Rp….8200.-
Kacang hijau…………..=…..1kg.x..Rp.8000/kg…...=....Rp….8000.-
Bungkil kelapa………..=…..6kg.x..Rp.2100/kg…....=...Rp…12600.-
Prenix atau bionex…….=…0,2kg x Rp 100500/kg.=...Rp….21000.-

Total …………………=….31kg ………….:...............Rp..88.300.-….= .Rp..2848./kg
Voer pabrikan (511 )...= …50kg/zak ……..:…...Rp.248.0000…..=..Rp..4960/kg.
Selisih harga pakan olahan 42.5% dari voer pabrikan

Voer pabrikan (511 ) kandungan protein 23%
Pakan olahan kandungan proteinnya ± 16.9 %.
Selisih kandungan protein 26.52%...

Efektitifitasnya:
1…Pakan olahan terhadap ayam karena adanya Premix /bionox ( untuk cerna dan vitamin )
2…kandungan protein dan karbohidarat yang cukup .
3…Serta nafsu makan yang besar .
4...Ayam tumbuh normal dan otot yang bagus.
5...Karena ayam diumbar tersinar Matahari dengan sendirinya matabolisme terciptanya Vit D3 yang dibutuhkan pertumbuhan .

Note :

• Ayam diumbar untuk mendapatkan otot yang bagus .
• Pakan diberikan mulai ayam 3 bln sampai masuk masa latihan .
• Pakan dapat diberikan pada induk dan pacek .
• Dibandingkan dengan pakan jadi buatan pabrik akan efisien 30% s/d 40%.

http://papaji.forumotion.com/t251-pakan-ayam-petarung-remaja.

PAKAN ALAMI UNTUK PERTUMBUHAN BELUT



Pakan alami merupakan kebutuhan utama untuk perkembangan belut. Di antaranya, cacing, belatung, bekicot, dan kecebong. Semuanya bisa dibudidayakan sehingga bisa menekan biaya dan bisa diperoleh dalam jumlah besar.

Cacing tanah bisa dikembangbiakkan di dalam kotak kayu atau terpal berukuran 0.5 meter persegi. Masukkan media berupa kotoran sapi, sisa sayuran yang telah membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Masukkan bibit cacing, sekitar 1 ons. Dalam waktu 1—2 minggu, cacing sudah berkembang biak dalam jumlah banyak.

Belatung bisa dikembangbiakkan dengan menggunakan media campuran dedak halus, tepung ikan asin, cincangan eceng gondok, dan urea. Semua media dimasukkan ke dalam wadah berupa toples atau kaleng, diamkan selama tiga hari. Tutup wadah dengan kain basah. Satu hari kemudian, belatung akan bermunculan.

Keong mas bisa dibudidayakan di dalam kolam. Letakkan tanaman air di atasnya. Masukkan keong mas dewasa. Dalam beberapa waktu, keong mas sudah berkembang biak.

Adapun kecebong, bisa dibudidayakan dengan memasukkan beberapa pasang katak jantan dan betina ke dalam kolam budi daya belut. Mereka akan kawin dan bertelur. Telur yang menetas akan menjadi kecebong.

Budi daya pakan alami sebaiknya sudah dimulai 1—2 bulan sebelum budi daya belut dilakukan, kecuali kecebong. Tujuannya, agar terhindar dari kekurangan pakan. Banyaknya pakan yang dibudidayakan harus disetarakan dengan besarnya skala budi daya belut agar stok pakan alami dapat terus terjaga

Selain pakan alami, ada resep suplemen rahasia yang mampu mempercepat pertumbuhan belut hingga 10 kali lebih berat dari suplemen belut biasa. Resep ini telah dibuktikan oleh peternak belut sukses. Selain mempercepat pertumbuhan, suplemen ini  berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit dan menambah nafsu makan. Jika biasanya belut dipanen dalam waktu 6 bulan, dengan memberikan suplemen ini, belut dapat dipanen lebih cepat 3 bulan dengan bobot yang sama memuaskan.

A.  Aplikasi Pakan Belut

Belut merupakan hewan karnivora yang membutuhkan pakan mengandung protein sekitar 65—70%. Namun, pakan yang dimaksud bukan apa yang diberikan sebagai rutinitas dengan memberikan pelet setiap hari, tapi harus diselingi dengan pemberian pakan hidup, misalnya aneka jenis ikan atau bekicot. Hal ini berguna untuk menghindari pengaruh produktivitas belut yang tidak maksimal akibat pemberian jenis pakan secara terus-menerus.

Di dalam media budi daya juga bisa diletakkan beberapa pakan hidup seperti kecebong, cacing, larva ikan, dan belatung. Selain itu, belut untuk kegiatan pembesaran juga dapat diberi pakan mati berupa cincangan bangkai ayam atau cincangan bekicot. Namun, pakan bangkai tersebut sebaiknya telah direbus sebelum diberikan agar belut terhindar dari penularan penyakit atau mikroorganisme yang menjangkit hewan tersebut.

Adapun jumlah pakan yang diperlukan untuk menambah berat badan belut disebut nilai ubah atau convertion rate (FCR) ialah sebagai berikut.

FCR = Jumlah pakan yang dimakan selama interval waktu tertentu
             Pertambahan berat badan selama interval waktu tersebut

Ini berarti, semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut untuk menunjang pertumbuhan belut. Sebaliknya, semakin besar rasio konversi pakan, kemungkinan besar pakan yang digunakan tidak efektif dalam memacu pertumbuhan belut.

Perbandingan antara 1 kg berat daging belut dengan jumlah berat pakan yang dibutuhkan disebut koefisien konversi berat. Jadi, untuk menambah berat 1 kg daging belut dibutuhkan 2 kg pakan, ini berarti koefisien konversi berat pakan adalah 0.5. Apabila koefisien konversi berat itu dikalikan dengan 100%, akan diperoleh efisiensi konversi berat.

B. Pakan Hidup yang Bisa Dibudidayakan

1. Cacing Sutra
    Cacing sutra (Tubifek sp.) umumnya berwarna merah darah dengan panjang 10-30 mm. Cacing ini biasa hidup di selokan atau saluran-saluran dangkal yang banyak mengandung zat organik. Mereka biasa hidup berkoloni atau bergerombol.

2. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
    Cacing tanah biasanya terdapat di tanah humus, tempat pembuangan sampah, atau tepian sungai yang bercampur dengan sisa sampah.
Cara membudidayakan cacing sebenarnya cukup mudah, cukup dengan menyiapkan kotoran sapi secukupnya, sisa sayuran atau sampah yang membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Semua bahan tersebut dicampur menjadi satu. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan disusul dengan memasukkan benih cacing. Dalam beberapa minggu, biasanya cacing sudah berkembang biak.

3. Bekicot
    Bekicot di alam sering menjadi musuh petani karena memakan tanaman padi atau sayuran. Padahal, daging bekicot sebenarnya dapat digunakan sebagai pakan belut karena mengandung protein yang cukup tinggi.
Untuk budi daya bekicot, buatlah wadah kandang berupa rumah-rumahan atau gedek dari bambu berukuran 1 x 1 cm dan tinggi 60--70 cm. Selanjutnya, masukkan limbah sayur-mayur, cincangan batang pisang, dan batang pepaya, diamkan selama 1 minggu. Setelah bahan-bahan tersebut membusuk, masukkan bibit bekicot sebanyak 20 indukan. Bekicot akan bertelur setelah satu bulan. Agar bekicot tetap hidup, jangan lupa memberikan cincangan batang pisang dan sayur mayur setiap hari.

4. Keong Mas
    Daging keong sawah dan keong mas sebenarnya bisa digunakan untuk pakan belut, asalkan jangan terbawa masuk dengan cangkangnya. Sebaiknya, daging keong mas dicincang terlebih dulu sebelum diberikan kepada belut. Keong sawah dan keong mas mudah ditemukan di sawah-sawah. Untuk kebutuhan yang lebih besar, Anda bisa dengan mudah membudidayakannya.

5. Kutu Air
    Daphnia dan Moina termasuk kutu air dari jenis udang renik. Sering dijumpai di perairan yang mengandung banyak bahan organik. Selain hidup sebagai platonik, kutu air juga banyak menghuni tempat-tempat lembap, seperti danau, waduk, rawa, kolam, dan genangan air lainnya. Makanan utamanya adalah tumbuhan renik (fitoplankton), hewan renik (zooplankton), dan detritus.

6. Belatung
    Belatung sebenarnya merupakan larva dari lalat. Untuk mencarinya memang tidak mudah, tetapi belatung bisa dihadirkan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang bisa mengundang lalat, misalnya ampas tahu, pupuk urea, dedak halus, cincangan eceng gondok, dan tepung ikan asin. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dan diaduk rata. Setelah itu, diamkan selama beberapa hari di tempat yang agak terbuka, lalu tutup dengan kain yang basah. Beberapa hari kemudian belatung akan tumbuh subur di wadah tersebut.

7. Kecebong atau Berudu
     Kecebong merupakan bahan pakan yang baik bagi belut. Kecebong dapat diperoleh dengan cara mengembangbiakkan katak. Caranya, masukkan beberapa pasang ekor katak jantan dan betina. Biarkan hingga katak hijau tersebut berkembang biak di kolam. Telur katak yang berhasil menetas akan menjadi kecebong, dan kecebong tersebut disukai belut.

CARA MUDAH BUDIDAYA CACING SUTRA



Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13% lemak dalam tubuhnya.

Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak
lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah
menjadi dua sebelum menetas.

Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah
campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur. Berikut teknik budidaya cacing sutra:

1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note: Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan
membawa bakteri patogen.

2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.

3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.

4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.

5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik

6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.

Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.

• Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.

• Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.

. Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.

. Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.

Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.

. Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.

. Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.

. Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.

. Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.

. Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.

. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.

. Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.

. Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.

. Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.

. Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.

7. Panen
Cacing bisa dipanen setelah 8-10 hari.

cara mudah budidaya cacing tanah



1. SEJARAH SINGKAT

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili
terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae

Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi
masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat
menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.


2. JENIS

Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili
Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia,
Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.

Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain:
Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai
bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen
yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya
lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi
jenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis
Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah
kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada
segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam
pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua
jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat
badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak
banyak bergerak

3. MANFAAT

Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:

1) Bahan Pakan Ternak
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan
kodok.

2) Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.
Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,
menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit
gigi dan tipus.

3) Bahan Baku Kosmetik
Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan
baku pembuatan lipstik.
4) Makanan Manusia

Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan
sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

4. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam
jumlah yang besar.

2) Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur),
kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai
bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya.

3) Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam
tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan
atau fermentasi.

4) Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
cacing tanah adalah antara 15-30 %.

5) Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan
kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang
lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan
kelembaban optimal.

6) Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan
pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung,
misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus
(permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan
sinar dan tidak menyimpan panas.


5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

5.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan
mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah
liat.

Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah
yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak
bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang
dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,
pancing bertingkat atau pancing berjajar..

5.2. Pembibitan

Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu
media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan
kandang pelindung.

1) Pemilihan Bibit Calon Induk

Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit
yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila
akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam,
yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan
kotoran hewan.

2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk

Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:

a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang
digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika
sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang
lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke
bak lain.
e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3) Sistem Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,
maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.
Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,
tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah
diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke
dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain
dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di
atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam
waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing
akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus
segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara
disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat
berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

4) Reproduksi, Perkawinan

Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin
jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan,
tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah,
masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon
akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam
waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang
ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama
7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

5.3. Pemeliharaan

1) Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat
cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang
harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah
berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai
media.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah,
antara lain :
- pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara
diblender.
- bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh
permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
- pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus
cahaya.
- pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,
harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
- bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai
perbandingan air 1:1.
3) Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur
(kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak
dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata
penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.
4) Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan,
dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar,
kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai
bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk
kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan
persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap
basah.

6. HAMA DAN PENYAKIT

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap
hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah
antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai,
ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.
Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing
tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini
diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut
merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi
air cukup.


7. PANEN

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat
diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).
Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah
dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon
atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka
akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan
cacing tanah itu dengan medianya.
Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.
Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka
sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30
hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya
siap di panen.