.............

Rabu, 11 Juni 2014

Cara mudah beternak kroto



Untuk memulai budidaya kroto atau ternak semut rangrang ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, namun sebelum memulai pada tahapan-tahapan tersebut  sebaiknya kita mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar  budidaya kroto ini. Untuk langkah pertama yaitu kita siapkan terlebih dahulu  peralatan yang dibutuhkan diantaranya : rak susun, toples atau pipa, dan wadah untuk pakan dan minum.



Budidaya kroto, Cara Budidaya Kroto, ternak kroto, Budidaya Semut Rangrang, cara ternak kroto, budi daya kroto, ternak semut rangrang, budidaya kroto rumahan
Pembuatan Rak Untuk Budidaya Kroto
Rak yang dipakai bisa dari bahan besi, kayu atau pipa yang disambung. Rak besi ini bertujuan untuk koloni semut rangrang agar mereka dapat hidup di sekitar rak itu saja tidak keluar dari area rak tersebut, selain itu dengan  adanya rak tersebut kita dapat memonitor perkembangan  semut rangrang yang ada didalamnya.

Ukuran rak yang standar yaitu memiliki tinggi 1,5 m panjang 2m dan lebarnya 0,5m. Kemudian buatlah tahapan-tahapan pada rak tersebut dengan  ketinggian 30-40 cm dengan alas triplek, dan untuk ketinggian kaki dari batasan lantai ke rak yang paling bawah ukurannya sama yaitu 30 cm, hal ini menjaga semut supaya tidak keluar dari rak.


Sama halnya seperti rak untuk budidaya ulat hongkong, rak untuk budidaya kroto atau semut rangrang pun bagian kaki rak harus memakai wadah yang berisikan air atau oili, hal ini bertujuan untuk menjaga semut keluar dari rak atau kabur.

Rumah Sarang Untuk Semut Rangrang
Media yang biasa digunakan untuk tempat sarang semut rangrang yang sering di pakai oleh para peternak semut rangrang yaitu toples plastik dan pipa.  Apabila kita menggunakan toples maka buatkan lubang pada toples tersebut dengan  diameter 1 cm dibagian samping atas toples, hal ini penting karena lubang kecil ini nantinya akan dijadikan jalur  untuk keluar masuk semut rangrang tersebut pada saat mengambil pakan yang berada diluar toples.

Setelah toples dilubangi maka semut rangrang siap untuk dimasukan, setelah semut masuk pada toples maka toples yang sudah dilubangi tersebut, tutup lubangnya sekitar 2-3 jam hal ini dilakukan supaya semut yang baru mendiami toples tersebut dapat beradaptasi  di dalam toples tersebut.

Sedangkan apabila anda ingin menggunakan pipa pvc atau paralon maka yang harus diperhatikan ukuran pipa tersebut, ukuran pipa yang akan digunakan yang memiliki ukuran 1,5 atau 2 inci, dan perlu diperhatikan bahwa ukuran ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas semut tersebut ketika menghasilkan kroto.

Setelah anda mendapatkan pipa yang sesuai, potonglah pipa tersebut dengan ukuran panjang 20 cm, ukuran ini untuk memudahkan penyimpanan pipa tersebut di atas rak.

Tempat Pakan Untuk Semut Rangrang
Seperti yang telah ditulis pada postingan sebelumnya bahwa jenis pakan untuk semut rangrang ada beberapa macam, jenis-jenis pakan ini sangat berpengaruh pada perkembangan semut rangrang dan secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas kroto yang dihasilkan.
Untuk lebih jelasnya apa saja pakan tersebut silahkan baca dulu di sini Pakan Semut Rangrang.

Setelah kita mengetahui jenis pakan untuk budidaya kroto ini, selanjutnya yang tidak kalah pentingnya yaitu tempat pakannya. Untuk tempat atau wadah pakan ini kita  bisa menggunakan baki atau nampan plastic, jumlah yang disediakan minimal 2.

Dan yang harus diperhatikan pada tempat pakan ini yaitu harus selalu terisi makanan jangan sampai kosong, biasanya kalau tidak tersedia makanan semut rangrang akan berusaha keluar dari rak tersebut untuk mencari makan. Kemudian satu hal lagi yang perlu diperhatikan yaitu tempat pakan harus selalu bersih.

Cara Menyimpan Bibit Semut Rangrang
Budidaya kroto toples, Budidaya kroto, Cara Budidaya Kroto, ternak kroto, Budidaya Semut Rangrang, cara ternak kroto, budi daya kroto, ternak semut rangrang, budidaya kroto rumahan
Bagi anda yang mendapatkan bibit semut dari alam, maka anda tinggal meletakkan sarang semut tersebut di atas pipa (paralon) yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan biarkan sampai daun sarangnya mengering. Biarkan koloni semut rangrang tersebut berpindah secara sendirinya, setelah meninggalkan sarang daun tersebut maka kita ambil dan buang daun bekas sarang tersebut supaya tidak mengotori rak tersebut.

Dan apabila anda mendapatkan atau membeli bibit dari tempat pembibitan, maka anda harus menyebarkan bibit tersebut ke susunan selongsong pipa paralon pada rak. Kemudian anda selipkan 1-2 selongsong paralon yang berisi koloni diantara 10-25 selongsong paralon  yang sudah disusun, dengan cara tersebut semut rangrang akan membentuk sarang baru secara alami dengan merajut jaring-jaring dari telur semut, dan secara alami semut-semut tersebut akan menghasilkan kroto-kroto pada tempat tersebut.

Bisnis budidaya kroto ini sangat menjanjikan dari segi ekonomi, seperti yang pernah saya bahas sebelumnya bahwa konsumen kroto tidak hanya di Indonesia saja bahkan sampai juga ke Malaysia (lebih lengkap baca di sini Bisnis Kroto).

Maka bagi anda yang ingin mencoba atau baru memulai bisnis kroto ini saya sarankan harus memahami terlebih dahulu kehidupan tentang semut rangrang ini, supaya pada saat kita membudidayakan semut rangrang ini kita dapat meminimalisir kegagalan-kegagalan (kerugian).

Dan satu lagi saran saya, apabila anda ingin paham betul tentang panduan cara budidaya kroto modern ini silahkan anda baca buku yang berjudul “kupas Tuntas BUDIDAYA KROTO CARA MODERN” yang ditulis oleh BAYOU PRAYOGA, dan diterbitkan oleh Penebar Swadaya. Buku tersebut mengupas semua seputar kroto dan cara budidayanya secara lengkap.

Minggu, 01 Juni 2014

cara mudah Budidaya Jagung



A.    Lokasi Penanaman

Tanaman jagung adalah tanaman yang  memiliki tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat memerlukan cahaya matahari. Maka lokasi yang baik untuk budidaya tanaman jagung adalah areal yang terbuka berupa sawah atu ladang yang tidak terlindung dari cahaya matahari.

Lokasi untuk budidaya tanaman jagung sebaiknya tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup. Selain itu, dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung, sebaiknya harus sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jagung, atau yang dibutuhkan oleh tanaman jagung. Syarat tumbuh dijelaskan sebagai berikut.

1.    Susunan atau sifat tanah
Sebenarnya semua jenis tanah dapat ditumbuhi jagung, namun sifat tanah yang paling dikehendaki oleh tanaman jagung adalah yang drainasenya lancar, subur dengan humus dan pupuk yang mencukupi persediaan untuk tumbuh.

2.    Iklim
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk pada tanaman jagung.
Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin, namun jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas  jagung.

Tanaman jagung dapat berproduksi dengan baik dan berkualitas pada daerah yang beriklim sejuk yaitu 50 derajat LU sampai 40 derajat LS dengan ketinggian sampai 3000 meter dari permukaan laut. Namun, untuk jenis-jenis jagung tertentu, dapat juga pada tempat yang berbeda dari kondisi tersebut dan dapat berproduksi dengan baik.

3.    Derajat keasaman tanah (pH)
Derajat keasaman tanah dipengaruhi oleh banyaknya kandungan unsure kimia dalam tanah serta kadar air dalam tanah tersebut. Daerah yang cenderung basah dan banyak humus akan menyebabkan tanahnya cenderung bersifat asam.

Sebaliknya tanah yang kering berkapur dengan kadar air yang sedikit akan lebih bersifat basa. Untuk tanaman jagung sebenarnya  toleransi atau kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan cukup baik, yaitu dengan kemampuan hidup maksimal pada derajat keasaman antara 5,5 sampai 7.
Derajat keasaman ada skala 14 skala, untuk skala 1 sampai 7 bersifat asam, sedangkan antara 8 sampai 14 bersifat basa.

4.    Kadar air
Jumlah air yang ada dalam tanah akan menentukan kadar air tanah. Tanaman jagung memerlukan air terutama untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim hujan mulai tiba. Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah sejuk/menambah kelembaban udara. Sehingga tanaman tidak kekurangan air, karena dapat mengganggu proses fotosintesis atau penyusunan makanan yang dilakukan untuk beraktifitas dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut.

5.    Intensitas cahaya matahari
Intensitas cahaya adalah jumlah pancaran cahaya matahari yang intesif dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Untuk tanaman jagung, intensitas cahaya yang banyak dan cukup sangat dibutuhkan selain untuk berfotosintesis, juga untuk berproduksi, karena tanpa intensitas cahaya yang cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah.

6.    Suhu lingkungan
Suhu adalah tingkat derajat panas suatu benda yang ada dalam lingkungan. Lingkungan tempat hidup jagung sangat perlu untuk diperhatikan, karena suhu yang tinggi dan kering akan mengganggu kelangsungan proses penyusunan makanan atau fotosintesis pada tanaman jagung.

Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 21 sampai 30 derajat celcius. Sedangkan untuk proses perkecambahan jagung, yang paling tepat adalh antara suhu 21 sampai 27 derajat celcius. Jadi, sedikit lebih membutuhkan suhu yang lebih sejuk untuk pertumbuhan kecambahnya.

Pada umumnya tanaman njagung ditanam pada lahan yang kering dengan cara multikultur, artinya ditanam bersama dengan beberapa jenis tanaman yang lain. Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang terdapat pengairan serta sawah tadah hujan, secara monokultur yaitu menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman.
Cara penanaman jagung ada 2 cara, yaitu:

1.    Multikultur
Multikultur adalah penanaman lahan dengan banyak jenis tanaman yang berbeda-beda secara bersama-sama. Misalnya dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah.
Cara ini sering juga disebut dengan istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsure-unsur yang ada dalam tanah.

2.    Monokultur
Monokultur adalh menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman secara berselang seling, atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya.

Penanamn dengan car ini sering disebut dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan yang hampir sama dengan tumpang sari, hanya saja waktu penanaman yang berbeda maka pengambilan unsure yang ada dalam tanah juga bergantian. Tapi dengan cara bergantian pula unsur itu akan berkurang, sehingga diharapkan dengan penanaman yang bergantian, keseimbangan jumlah unsur-unsur dalam tanah juga tetap terjaga.

Sel;ain itu juga diselingi dengan tanaman kacang agar dapat diperkaya unsur Nitrogen, karena tanaman kacang tanah dalam akarnya terdapat bintil yang ada bakteri Rhizobium dapat mengikat Nitrogen dari udara bebas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penanaman kacang tanah, tanah akan subur kembali.
Kedua cara tersebut adalah bagian dari cara penanaman yang dipakai untuk mengatasi lahan yang sudah kritis.
Sebenarnya masih ada car yang lain untuk mengatasi lahan yang kritis, yaitu dengan sengkedan dan terasering. Sengkedan dilakukan pada lahan yang dapat berdampak pada erosi tanah. Sedangkan terasering dilakukan pada lahan yang miring dibuat sawah yang bertingkat-tingkat dengan tujuan untuk menghambat erosi.

Tanah yang terkena erosi terus menerus akan mengalami:
a.    Kekurangan unsur-unsur hara didalamnya
b.    Mudah longsor
c.    Pengurangan tingkat kesuburan
d.    Tidak dapat ditanami
e.    Mengurangi hasil produksi
Di bawah ini ada usaha-usaha untuk mengembalikan kesuburan tanah apabila terjadi erosi pada lahan tanamn jagung, baik oleh air ataupun oleh angin:

1.    Penjemuran
Penjemuran adalah cara yang sudah sering dilakukan oleh para petani sejak dahulu, terutama pada lahan persawahan, caranya dengan mencangkul  tanah dan membaliknya, kemudian dibiarkan terkena panas matahari selama beberapa hari. Tujuan penjemuran adalah untuk:

a.    Membunuh bakteri pengganggu yang ada dalam tanah
b.    Tanah mendapatkan aerasi/pengudaraan
c.    Derajat keasaman tanah atau kebasaan dapat berkurang
d.    Tanah dapat kembali subur

2.    Penghijauan
Tanah yang kurang subur karena terkena erosi, biasanya akan sulit ditanami. Untuk mengatasinya, dapat dengan penanaman kembali atau penghijauan, yaitu dengan menanam pohon pohon pelindung.
Tujuan penghijauan adalah untuk:

a.    Menambah kesuburan tanah, dengan cara pembuatan humus oleh tanaman pelindung melewati daunnya yang berguguran.
b.    Akar tanaman pelindung dapat menahan laju air.
c.    Mikroorganisme yang ada dalam humus akan dapat menguraikan zat organic dalam humus, sehingga menambah unsure hara dan kesuburan dalam tanah.

3. Rotasi tanaman
adalah menanami sebidang tanah dengan tanaman yang berbeda secara bergantian. Misalnya ditanami jagung, lalu ditanami padi dan seterusnya. Tujuan rotasi tanaman adalah:

a.    Agar unsure hara yang ada dalam tanah tidak habis sekaligus
b.    Jenis tanaman yang berbeda akan membutuhkan unsure yang berbeda pula, jadi pengambilan unsure terjadi secara bergantian.

4.    Pemupukan
Pemupikan adalah usaha menambah atau mengganti hilangnya beberapa jenis unsure yang hilang bersama proses bercocok tanam.

Proses yang dapat menyebabkan hilangnya beberapa unsure adalah:
a.    Pemanenan dengan cara pencabutan sampai ke akar
b.    Hanyut bersama dengan air saat penyiraman.

Macam-macam pupuk yang dapat digunakan antara lain:

a.    Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk  yang berasal dari kotoran ternak.

b.    Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari pembusukan sampah organic. Misalnya dari sisa pembusukan daun atau bagian tanaman lain yang sudah mati.

c.    Pupuk hijau
Pupik hijau adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan yang sengaja dicabut, kemudian di tanam di sekitar lahan  pertanian. Tanaman yang sering di tanam adalah jenis kacang-kacangan.

d.    Pupuk anorganik atau pupuk buatan
Pupik anorganik adalah macam-macam pupuk yang dibuat oleh pabrik.
Misalnya:

1)    Amonium sulfat (NH4)2 SO4 atau sering disebut ZA
2)    Nitrogen Posfor Kalium (NPK)
3)    Urea
4)    ASN atau ammonium sulfat nitrat

1.    Syarat tumbuh
Lokasi yang baik untuk bertanam jagung sebaiknya memenuhi syarat tumbuh. Misalnya kesuburan tanah, suhu lingkungan, pancaran sinar matahari, serta tinggi tempat.

2.    Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi
Ketersediaan sarana transportasi dapat mempermudah pengangkutan hasil panen, menekan biaya transportasi serta mencegah prnurunan mutu jagung sebelum pemasaran.

3.    Tujuan pemasaran
Lokasi bertanam jagung sebaiknya tidak jauh dari tempat pemasaran. Tujuannya adalah mencegah penurunan mutu jagung dan menghemat transportasi, termasuk biaya pengangkutan oleh tenaga kerja.

4.    Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja sangat diperlukan, dimulai dari proses penanaman, pemeliharaan dan saat pemanenan serta pengolahan hasil panen, sehingga mendapatkan hasil produksi yang baik dan berkualitas  serta tidak terjadi penurunan mutu jagung.

B.    Benih Tanaman Jagung
Penyediaan benih adalah hal atau factor yang awal dan penting pada aktivitas bertanam jagung. Sebagai langkah awal dalam bertanam jagung, pemilihan bibit unggul biasanya dilaksanakan agar kita dapat mendapatkan hasil produksi yang tinggi pula.

Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam memilih bibit jagung yang baik adalah sebagai berikut:

1.    Tongkol diambil dari tanaman jagung induk yang sehat, kuat dan telah tua.
2.    Tongkol jagung yang tua berukuran besar, panjang dan langsing.
3.    Klobot rapat dari ujung sampai pangkal daun jagung.
4.    Biji terletak dalam barisan yang lurus
5.    Tongkol memiliki ranbut yang banyak
6.    Tongkol sudah dijemur sampai kering

Biji yang unggul ditentukan oleh:

1.    Faktor genetic
Faktor genetic adalah factor yang berhubungan dengan genotip yang baik, dan biasanya diturunkan dari induk pada keturunannya, misalnya daya tahan terhadap penyakit, dan daya reproduksi.

2.    Faktor fisik
Faktor fisik adalah benih yang bermutu tinggi meliputi kemampuan berkecambah yang tinggi, kadar air rendah, bersih dan bebas dari kotoran.
Untuk mendapatkan benih, sebaiknya kita beli dari tempat pemuliaan, sebab bila kita menggunakan benih dari pertanaman sebelumnya, akan mengalaminpengurangan/penurunan  kualitas/mutu.

Benih yang unggul dapat kita beli pada took saprotan, distributor benih atau Balai Benih Induk (BBI). Dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada benih yang disebabkan oleh jamur, maka benih harus kita fungisida, atau insektisida yang berguna untuk membasmi jamur.
Misalnya untuk mencegah bulai, dengan cara sebagai berikut:

1)    Sediakan air sebanyak 1 liter
2)    Masukkan dalam air tersebut 5 g Ridomil
3)    Masukkan biji jagung kedalam larutan tersebut
4)    Rendam benih selama  15 menit
5)    Setelah itu keringkan sampai kering dengan cara dijemur.

C.    Lahan dan Penanaman
Pengolahan lahan tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil produksi jagung.

     Tujuan pengolahan lahan adalah untuk:

1.    Menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan jagung.
2.    Memperbaiki sifat fisik tanah.
3.    Mencegah pertumbuhan gulma dan tanaman pengganggu.
Lahan untuk bertanam jagung dapat diolah dengan menggunakan cangkul, bajak ataupun dengan traktor.
Pengolahan lahan untuk bertanam jagung terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

1.    Memecah
Yang dimaksud memecah pada pengolahan tanah untuk bertanam jagung adalh menfubah kondisi tanah yang tadinya keras dan padat menjadi tanah yang gembur dan lunak, agar dapt diproses selanjutnya. Alat untuk memecah kondisi tanah ini adalah traktor.

2.    Membalik
Membalik tanah pada pengolahan tanaman jagung adalah penggantian atau pemindahan posisi dari bagian tanah sebelas atas menjadi sebelah bawah atau sebaliknya.
Hal ini dilakukan karena tiap komposisi tanah yang memiliki sifat yang berbeda-beda, baik kandungan unsure maupun tingkat kesuburan tanahnya. Alat yang dipergunakan untuk membalik tanah adalah cangkul.

3.    Meratakan tanah
Proses yang selanjutnya setelah tanah dipecah dan dibalik adalah dengan diratakan, agar proses perawatan yang lain dapat berlangsung dengan mudah. Alat yang digunakan untuk meratakan adalah garu, dengan tenaga sapi atau kerbau atau tenaga manusia.
Di bawah ini perlu kita ketahui susunan dari lapisan tanah secara horizontal yang terdiri dari 3 lapisan yang utama yaitu:

a.    Lapisan tanah atas/top soil
Lapisan tanah atas memiliki ciri-ciri antara lain:

    Terletak pada bagian paling atas dari tanah
    Sebagai tempat tumbuhnya berbagai tanaman
    Berwarna gelap
    Tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman dengan mencari makan pada bagian top soil ini
    Tempat hidup berbagai mikroorganisme
    Tempat terjadinya humifikasi
    Tanahnya gembur
    Banyak mengandung unsure hara bagi tanaman
    Porositas dan drainasenya sangat baik.
    Ketebalannya dipengaruhi oleh kemiringan, ketinggian dan jumlah tumbuhan yang ada di atasnya


b.    Lapisan tanah bawah/subsoil
Ciri-ciri lapisan tanah bawah/subsoil adalah sebagai  berikut:

    Berwarna lebih muda dan lebih terang
    Porositas dan drainase rendah
    Ikatan butiran tanah lebih stabil
    Banyak mengalami pelapukan
    Banyak mengandung tanah liat


c.    Lapisan bahan atau batuan induk/bed rock
Lapisan batuan induk memiliki ciri-ciri antara lain:

    Lapisan masih berupa batu yang belum mengalami pelapukan.
    Tempat terdapatnya kantung-kantung air.
    Tempat terjadinya proses pelapukan secara fisik, kimia dan bilogis dalam waktu yang lama.


Keadaan tanah yang diolah sebaiknya dalam keadaan tidak basah sebab akan lengket dan sukar digemburkan. Selain itu juga tidak terlalu kering, sebab akan terasa keras, sehingga perlu tenaga yang besar. Jadi sebaiknya dalam keadaan lembab agar mudah pengolahannya.

Cara pengolahan tanah untuk bertanam jagung, yaitu:

    Setelah tanah diolah, maka tanah dibuat bedengan dengan ukuran yang sesuai dengan luas lahan.
    Selain itu di antara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan, yang dalamnya 20 cm dan lebarnya 40 cm.

    Segera dilakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tugal/batang kayu
    Pembuatan jarak antara lubang tanam bergantung pada kesuburan tanah dan daya tumbuh benih.


4.    Penanaman tanaman jagung
Penanaman jagung dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan, sehingga pada masa pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air dari curahan hujan.
Penanaman dilakukan dengan cara mengisi lubang tanam dengan satu benih jagung disertai dengan furadan 1 g tiap lubang. Tak lupa pada setiap lubang tanam ditutupi dengan jerami kering terlebih dahulu baru ditutup kembali dengan tanah.

D.    Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman jagung adalah proses yang penting, karena akan ikut menentukan hasil produksi dari aktivitas kita bercocok tanam jagung.

Kegiatan pemeliharaan tanaman jagung meliputi:

1.    Penyiraman
Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman jagung adalah dengan membuat saluran air pada sekeliling lahan atau dari turunnya air hujan. Sebab, bila kita harus menyiram lahan yang begitu luas, akan cukup merepotkan.

Air bagi tanaman jagung dibutuhkan untuk:

    Saat awal pertumbuhan yaitu untuk perkecambahan
    Saat pembentukan tongko


Akibat kekurangan air adalah:

    Biji lama/gagal berkecambah
    Tongkol jagung menjadi kerdil


Cara penyiraman lahan tanaman jagung adalah sebagai berikut:

    Pada daerah yang cukup air, penyiraman dilakukan dengan cara menyalurkan air pada saluran air antara barisan tanamannjagung.. tunggu sampai 3 jam, bila air masih sisa dalam sxaluran tadi, maka air harus dibuang.
    Pada lahan yang kering, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Waktu penyiraman tanaman jagung adalah:

    Setelah masa tanam jagung selesai, dengan tujuan agar biji jagung segera berkecambah.
    Setiap hari satu kali tanaman jagung disiram selama satu minggu.
    Setelah istirahat, penyiraman kembali dilakukan setelah minggu ke-4.
    Saat pembentukan tongkol, tanaman jagung disiram sehari sekali agar tumbuh dengan sempurna.


Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman jagung adalah:

    Jangan menyiram tanaman jagung jika hari sudah hujan. Karena jika terlalu banyak air tanaman jagung bisa membusuk dan akhirnya mati.
    Penyiraman hanya dilakukan jika lahan kering saja.


2.    Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatannmembuang rumput liar/pengganggu yang ikut tumbuh bersama tanamanjagung, yang sering disebut gulma.
Macam-macam rumput liar yang sering tumbuh dalam lahan jagung adalah:

    Rumput teki
    Alang-alang
    Kaki/tapakmkuda
    Meniran
    Krokot


Cara penanggulanggan rumput liar atau gulma ini adalah dngan cara:

    Langsung dicabut dengan tangan secara beramai-ramai.
    Dengan menggunakan herbisida yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi gulma.


3.    Pembubunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah pada sekeliling tanaman jagung. Caranya adalah sebagai berikut:

    Pertama-tama kita bersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jagung, dengan cara dicabut
    Ambil hasil cabutan rumput liar tadi, dan timbun dengan tanah pada sekeliling tanaman jagung.


4.    Pemberian pupuk
Pemberian pupuk yanmg dimaksudkan disini adalah pemupukan  lanjutan, yaitu setelah tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara ditaburkan pada larikan tanaman jagung
Pemberian urea juga diberikan setelah tanaman jagung berumur 40 hari, dengan tujuan menungkatkan jumlah dan kualitas tongko, jagung.

5.    Pemberian garam inggris
Tujuan pemberian garam inggris pada tanaman jagung adalah untuk:

    Menambah kesempurnaan pertumbuhan sruktur daun
    Menambah kesempurnaan pertumbuhan tongkol jagung
    Memperkuat daya tahan tanaman jagung dari serangan penyakit, seperti bulai

Cara pemberian garam inggris pada tanaman jagung adalah sebagai berikut:

    Larutkan garam inggris dalam air dengan perbandingan 4:1
    Semprotkan pada bagian daun tanaman
    Lakukan penyemprotan setiap semnggu sekali selama 4 minggu berturut-turut.


6.    Pembuangan bunga jantan
Pembuangan bunga jantan pada tanaman jagung dilakukan pada saat bunga jantan keluar, tapi sebelum bunga mekar, jadi belum terjadi penyerbukan.
Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk:

    Pengalihan kekuatan/tenaga pada pembuatan tongkol
    gar tongkol jagung menjadi lebih besar
    Agar tongkol menjadi lebih banyak

Pembuangan bunga jantan dilakukan setelah 40 hari penanaman, untuk tanaman jagung yang ditanam di dataran rendah. Sedangkan untuk tanaman jagung yang ditanam di dataran tinggi, pembungaan bunga jantan dilakukan setelah 50 hari penanaman, karena perbedaan intensitas cahaya matahari yang diterima.

Cara pembuangan bunga jantan adalah sebagai berikut:

    Goyang-goyangkan batang secara perlahan, jangan terlalu keras sebab dapat merusak bunga,
    Perhatikan pelepah daunnya, tunggu sampai pelepah daunnya melebar.
    Jika pelepah daun sudah melebar, maka cavutlah tangkai bunga jantan pada tanman jagung dengan hati-hati.


E.    Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya.
Pengendalian terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1.    Secara tradisional

    Secara mekanisme atau penanganan secara langsung.

    Ulat langsung diambil dan dibasmi
    Tikus, dengan cara digeropyok beramai-ramai
    Burung dengan diketapel

    Tanaman liar dengan disiangi/dicabuti secara langsung
    Mengusir burung, dengan dipasang orang-orangan untuk menakuti dan pergi jauh supaya tidak memakan jagung.

    Dengan penanaman secara serentak.
    Dengan mengadakan rotasi tanaman agar terhimdar dari hama dan penyakit.

2.    Modern

    Untuk mencegah serangan penyakit digunakan fungisida/senyawa kimia pembasmi jamur/fungi. Misalnya, manzate, DIthane, Antracol, Cobox, dan Vitigran Blue.
    Untuk pengendalian hama digunakan insektisida/senyawa kimia pembasmi serangga/insekta, yang berbentuk cairan yang disemprotkan.

Misalnya, Diazinon 60 EC, Baycard 500 EC, HOpcin 50 EC, Klitop 50 EC, Mipcin 50 WP, Azodrin 15 WSC,
Sedangkan yang berupa butiran adalah furadan 3G, Dharmafur, dan Curater.

1.    Ulat daun (prodenia litura)
Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai berikut:

    Ulat dau menyerang bagian pucuk daun.
    Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan
    Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak.

Pencegahan dxengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon dan agrocide dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.

2.    Lalat bibit

    Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua)
    Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati.
    Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5 hari. Atau pengobatan dengan penyemprotan insektisida Hostathion 40EC, sebanyak 2cc tiap liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan jagung.


3.    Ulat agrotis

    Gejala yang dialami pada bagian batang yang masih muda yaitu putus akhirnya tanaman jagung mati.
    Agrotis sp. Melakukan penyerangan pada malam dan siang hari. Ada 3 macam ulat grayak/agrotis ini, yaitu:

    Agrotis segetum, yang berwarna hitam, sering ditemukan didaerah dataran tinggi.
    Agrotis ipsilon, berwarna hitam kecoklatan, di temukan di daerah dataran tinggi dan rendah
    Agrotis interjection, berwarna hitam, banyak terdapat di pulau jawa

3. Pengendalian ulat ini dengan insektisida Dursban 20 EC, dengan dosis 2 ml tiap 1 liter air. Tiap hectare dapat digunakan 500 liter larutan

4.    Penggerek daun dan penggerek batang

    Bagian tanaman jagung yang diserang oleh ulat sesamia inferens dan pyrasauta nubilasis adalah ruas batang sebelah bawah dan titik tumbuh tunas daun tanaman jagung.
    Gejala tanaman menjadi layu.
    Penanggulangan dengan menggunakan insektisida Azodrin 15 WSC dengan dosis 30 liter dalam 10 liter air.


5.    Ulat tongkol (Heliothis armigera)

    Gejalanya dapat dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan dalam tongkol jagung.
    Ulat tongkol menyerang/masuk dalam tanaman jagung melalui tongkol, baru memakan biji jagung.
    Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau dengan membuat lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi.
    Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi.
    Sebaiknya dilakukan pada saat tanaman jagung masih berbunga, jangan menjelang panen, sebab dapat membahayakan kita yang ikut mengkonsumsi jagung karena residu dari insektisida tersebut.
    Penyakit pada tanaman jagung, yaitu:


1.    Hawar daun atau karat daun
Penyakit hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a.    Hawar daun turcicum

    Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat. Bentuk seperti kumparan, bila parah daun seperti terbakar.
    Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.


b.    Hawar daun maydis

    Gejala yang dialami berupa bercak  coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun.
    Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan dapat mati.


c.    Hawar daun corbonum

    Gejala berupa bercak coklat  muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun.
    Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah yang dingin, bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi.
    Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta dengan pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55 derajat celcius.


2.    Bulai

    Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan  atau jamur sclerospora maydis
    Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
    Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak tumbuh jamur pada biji jagung.


Tanaman jagung yang mengalami kekurangan zat makanan akan mengalami berbagaib gangguan antara lain:

1.    Kekurangan nitrogen (N)
Akibat kekurangan unsure Nitrogen adalah tumbuhan menjadi kerdil, kurus, dan daun berwarna hijau kekuningan. Akibat yang paling parah tumbuhan jagung tidak berbuah.

2.    Kekurangan fosfor (P)
Kekurangan Fosfor juga menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun agak ungu dan kaku. Pertumbuhan tongkol terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.

3.    Kekurangan kalium (K)
Gejala yang tampak adalah ujung bagian bawah daun menguning dan mati. Tumbuhan menghasilkan buah yang kecil dan ujungnya runcing.

4.    Kekurangan Kalsium (K)
Kekurangan kalsium menyebabkan daun mudanya tidak muncul dari ujung tanaman, daun agak kaku, berwarna kuning kehijauan dan kerdil.

5.    Kekurangan Magnesium (Mg)
Tanaman jagung yang kekurangan magnesium, biasanya kerdil, bagian atas daun berwarna kuning. Dengan bergaris-garis tak normal berwarna putih. Daun yang tua berubah warna menjadi ungu kemerahan pada bagian tepid an ujung daun.

6.    Kekurangan belerang (S)
Gejala yang tampak pada tanaman jagung yang kekurangan belerang adalah seluruh daunnya berubah warna menjadi kuning, baik dari daun yang muda sampai yang tua. Gejala lain adalah tubuh tanaman jagung menjadi kerdil dan tidak/terlambat berbunga.

7.    Kekurangan Seng (Zn)
Gelala penyakit ini dilihat setelah tanaman berumur 2 minggu yaitu pada tengah daun terdapat garis kuning sepanjang tulang daun, sedangkan bagian tepi daun tetap hijau

8.    Kekurangan zat besi (Fe)
Gejala penyakit ini dapat dilihat pada daun tanaman jagung bagian atasnya hijau pucat sampai putih di antara urat-urat daun.

9.    Kekurangan tembaga (Cu)
Gejala penyakit ini muncul dengan diawali mengeringnya daun termuda, kemudian tanaman jagung menjadi kerdil dan daun yang tua mati.
Gejala yang lain adalah batang jagung menjadi lunak sehingga mudah bengkok atau roboh terkena angin.

Cara Mudah Budidaya Jamur


 Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum kita melakukan budidaya jamur tiram.

Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram dan perlu diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa miselium yang disimpan di tempat yang redup, jumlahnya lebih banyak disbanding di temapat yang terang dari cahaya matahari yang penuh.
Miselium adalah jaringan yang didalamnya kumpulan dari hifa jamur. Miselium dapat tumbuh pada sel dinding kayu dengan melakukan penetrasi pada dinding sel kayu dengan cara melubanginya.

Proses penetrasi dinding sel kayu dibantu oleh enzim pemecah selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang dihasilkan oleh jamur melalui ujung benang-benang miselium. Enzim tersebut mencerna senyawa kayu sekaligus memanfaatkannya sebagai sumber (zat) makanan.
Syarat Tumbuh JamurTiram

IKLIM

1.    Temperature

Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk pertumbuhannya.  Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.

Bila nilai temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang berarti pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.

2.    Kelembapan

Kandungan air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%.

3.    Cahaya

Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.

Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan tempat pemeliharaan jamur.

4.    Udara

Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah.

Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksisgen akan mudah layu  dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan secara baik.

Pertumbuhan miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil dibandingkan tangkainya.

5.    Derajat Keasaman (pH)

Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi asam organic.

Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan kematian. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada pH lingkungdn yang mendekati normal (pH 6,8-7,0).

MEDIA TANAM

Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modrn, media tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P, dan air.

1.    Nutrisi

Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisiyang cukup. Protoplas sel memerlukan  nitrogen, fosfor, dan nutrisi lai. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energy. Sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan  disbanding dengan nitrogen.
Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat. Sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.

2.    Kehadiran Mikroorganisme lain

Media tempat tumbuh merupakan sumber energy utama bagi jamur tiram. Kehadiran mikroorganisme lain dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi,  sehingga jamur yang diharapkan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Bahkan, sebagian dari competitor tersebut dapat mengeluarkan senyawa yang bersifat toksin terhadap organism disekitarnya.
Sterilisasi media merupakan cara yang efektif untuk membebaskan media tanam dari kehadiran jasad asing di dalam media tanam yang tidak diharapkan.

KETINGGIAN TEMPAT

Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.

PEMBIBITAN

Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau diperoleh dari petani jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk membuat bibit sendiri, diperlukan alat dan bahan yang steril karena proses ini sangat rentan terhadap kontaminasi. Sterilisasi pembuatan bibit biasa menggunakan laminar flow atau transfer box.

ALAT DAN BAHAN

Untuk membudidayakan jamur tiram, diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :

•    Kompor minyak tanah
•    Drum berdiameter 80 cm, tinggi 96 cm
•    Rak, dengan luas 3m²
•    pH meter
•    Thermometer
•    Sprayer / penyemprot, dengan pipa paralon 2 inci sebanyak 300 buah
•    Cincin
•    Lampu spirtus, dengan volume 30 liter
•    Baskom plastic
•    Sekpo
•    Serbuk kayu albasia sebanyak 10,5 kg
•    Dedak halus sebanyak 21 kg
•    Tepung jagung sebanyak 0,6 kg
•    TSP murni 1 kg
•    Kapur 3 buah
•    Bibit jamur F3 sebanyak 3 buah
•    Alcohol 95% sebanyak 1 liter
•    Kantung plastic transparan (20x35x0,5)  cm sebanyak 300 buah
•    Kertas roti 10 x 10 sebanyak 300 buah
•    Karet gelang tahan panas 600 buah
•    Air sumur 30 liter

PEMBUATAN JAMUR TIRAM

Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut

1.    Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastic substrat.

2.    Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastic. Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
•    Serbuk gergaji atau ampas tebu halus 10,5 kg
•    Tepung jagung 0,6 kg
•    Dedak halus 21 kg
•    TSP 1 kg
•    Kapur 3 buah
            Beri air secukupnya, dengan kandungan air 60% dan pHmedia diukur.

3.    Campuran bahan dimasukan ke dalam plastic transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastic bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.

4.    Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.

5.    Sisa ujung plastic ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastic tersebut dengan karet tahan panas.

6.    Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.

7.    Dilakukan pengukusan terhadap log media selama 12 jam.

8.    Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.

9.    Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.

10.    Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
  •         Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
  •         Semprot isi ruangan dengan alcohol 95%
  •         Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan alcohol 95%
  •         Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
  •         Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
  •         Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
  •         Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
  •         Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup kembali dengan kapas.
  •         Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.

11.    Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.

12.    Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.

13.    Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.

14.    Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.

15.    Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen.

PENYIMPANAN LOG

Jika kita akan menyimpan log di dalam bangunan, masa tanam jamur tiram tidak tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan setiap saat. Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang menunjang pertumbuhan miselium dan tubuh buah.
Bangunan untuk menyimpan log dapat dibuat permanen untuk budidaya jamur tiram skala besar atau di dalam bangunan semi permanen.

Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m² yang di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m². jarak antara petak 40-60 cm. di dalam setiap petakan dibuat rak-rak yang tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1.400 log. Rangka bangunan dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu.
Log disimpan di atas rak dengan posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga tubuh buah yang tumbuh dari log tidak tumpang tindih dengan tubuh buah yang lain.

PANEN

•    Ciri dan Umur Panen
Jamur tiram Pleurotus adalah  jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muuda. Panen dilakukan setelah tubuh buah mencapai ukuran maksimal saat 2-3 hari setelah tumbuh bakal tubuh buah.

•    Cara Panen
Pengambilan jamur harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat mengalami kebusukan. Potong jamur dengan pisau yang bersih dan tajam, kemudian simpan di wadah plastic dengan tumpukan setinggi 15 cm.

•    Periode Panen
Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali, tergantung dari jarak pembukaan log-log. Dari satu log akan dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur.

Rabu, 06 November 2013

cara Mudah BUDIDAYA JAHE SISTEM BAG CULTURE



Banyak jalan menuju roma….. ternyata pepatah tersebut  rupanya mengilhami para petani dalam budidaya tanaman. Ketika tanah/lahan  sebagai media tanam tidak cocok dengan suatu tanaman seperti jahe di Brebes bagian Utara yang bertekstur liat,  dan tidak cocok untuk tanaman jahe. Lalu dilakukan budidaya jahe dengan meramu media tanam yang lebih remah dengan mencampur ladon, pupuk kandang dan sedikit tanah dengan budidaya dalam karung. Atau mungkin ketika budidaya bawang merah mengalami kejenuhan, lalu mencoba ke komoditas lainnya.

Budidaya jahe dengan menggunakan karung dengan media yang remah telah dilakukan oleh peneliti Hepperly dkk di Hawai sejak 2004,  untuk menghasilkan benih yang sehat, bebas dari penyakit seperti layu bakteri yang sering menjadi kendala dalam budidaya tanaman (Soil and Crops Management, June, 2004), serta saat ini juga sedang di kembangan UPBS Balittro. Di masyarakat pada akhir-akhir ini budidaya dengan karung, dan menggunakan media tanam dengan memperbanyak bahan organik dilakukan para petani di Banjarnegara dan Brebes. Dalam upaya pendampingan teknologi budidaya jahe dan juga umpan balik dari petani/kelompok tani pada hari Sabtu, 6 Juli 2013, Dr. Sukamto dkk. (UPBS Balittro),  telah dilakukan kunjungan lapang ke petani diantaranya Kelompok Tani Jahe Organik Desa Larangan  Kec. Larangan Kabupaten Brebes.

Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai 2 bulan pada 5-10 cm dari pangkal rimpang. Menurut mereka, pemangkasan bertujuan  merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada rimpang. Setelah karung-karung berisi tanaman yang sudah dipangkas, lalu tanaman dibiarkan hingga muncul tunas-tunas tanaman baru dari dalam rimpang. Akan tetapi tidak jarang berdasarkan kondisi dilapang tanaman ini batangnya menguning. Kemungkinan luka inilah  yang menyebabkan mudahnya terserang penyakit. Oleh karena itu diperlukan penelitian berkaitan dengan cara pemangkasan yang baik dan benar serta sejauhmana korelasinya dengan jumlah produksi rimpang yang dihasilkan.

Dengan  teknik budidaya tersebut para petani memperkiran biaya yang dikeluarkan sebagai modal sekitar Rp 30.000,- hingga Rp 40.000,-/ karung. Memang  perlu diakui budidaya intensif ini terbilang relatif tinggi biaya (high cost) dan tidak semua petani bisa melakukannya. Prediksi hasil panen yang fantastis 20 kg/karung  ditambah harga jahe yang relatif tinggi dibanding komoditas hortikulkura lainnya, petani memperhitungkan keuntungan yang berlipat-lipat dari budidaya jahe dengan sistem ini.
Umur Jahe 60 hari

Kelompok Tani Jahe Organik desa Larangan membudidayakan pertanaman jahe dalam karung ukuran 40 x 100 cm dengan media tanam bokasi dari bahan limbah pabrik penggergajian kayu. Karung baru digunakan sekali pakai. Bibit jahe berasal dari sumber petani lain bukan bibit tersertifikasi. Benih disemai terlebih dahulu dengan cara dihamparkan atau diangin-anginkan. Media tanam (Bokhasi + pasir ladu)  dimasukan kedalam karung  sebanyak 0,2 dari volume karung. Benih ditanam masing-masing 250 g/karung.  Karung ditata dengan 5 jumlah baris dalam kolom.  Kurang lebih setiap 15 hari sekali, petani menambahkan media bokashi ke dalam karung agar rimpang yang terlihat dapat tertutupi. Dalam sistem budidaya ini yang unik dan diperlukan penelitian lanjut, petani tidak menambahkan pupuk anorganik dalam petanaman jahe dan melakukan pemangkasan tanaman.
Perlakuan Pemotongan batang jahe ketika umur 2 bulan

Salah satu tantangan dalam teknik budidaya diperlukan penanganan intensif pada tanaman mulai dari penanganan bokasi untuk media tanam, irigasi, kegiatan pemangkasan, dan penambahan media secara rutin. Jika teknik budidaya ini dapat berhasil dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, hal yang sangat menguntungkan adalah efisiensi penggunaan lahan sebesar 90% dari budidaya konvensional.  Itu artinya petani untuk membudidayakan 1000 karung (1000 m2) setara dengan budidaya konvensional 1 ha. Efisiensi yang lain tentunya penggunaan benih tanaman yang digunakan. Keuntungan lainnya budidaya dalam karung ini dapat di arahkan untuk budidaya organik dengan mengadopsi teknologi-teknologi Balittro yang telah dihasilkan. Selain itu juga bila digunakan untuk menghasilkan benih dapat menjadi sumber benih yang sehat. Dan dengan kondisi yang  terkontrol produksi jahe dapat ditargetkan sesuai dengan permintaan. 

Hasil semoga kreatifitas yang dilakukan petani ditambah dukungan beberapa pihak terutama Balittro akan  menjadi sebuah INOVASI dan terobosan dalam meningkatkan produksi jahe, untuk kesejahteraan rakyat….dan tak perlu import jahe dari China atau India.

cara mudah Budidaya Undur-undur




Ada yang tahu serangga yang bernama Undur-undur? Ternyata, selain serangga ini memiliki keunikan tersendiri terhadap siklus hidupnya yang melalui proses metamorfosis sempurna, Undur-undur juga terkenal dengan khasiatnya sebagai obat alternatif.

Tak jarang banyak diantara masyarakat yang menjadikan Undur-undur ini sebagai ladang bisnis bagi mereka yang pintar mencari. Biasanya, Undur-undur ini akan dicari oleh mereka, lalu dikumpulkan, kemudian dijual ke agen-agen tertentu yang menjalankan sistem jual-beli Undur-undur. Memang harganya tidak terlalu mahal, harga seekor Undur-undur itu hanya dihargai 2000 rupiah saja. Tapi tentu lain hasilnya dong jika kita membudidayakannya sendiri. Pasti keuntungannya pun akan berlipat ganda.

Nah, bagi kalian yang hobi budidaya ternak, tidak ada salahnya kalian jadikan Undur-undur ini sebagai serangga ternak. Karena cara budidayanya yang cukup mudah, maka banyak juga yang tertarik untuk membudidayakannya.

Undur-undur termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah sebagai berikut:

1. Telur

Tidak tersedia data. Ukuran telur sangat kecil, diperkirakan tidak lebih besar dari telur jangkrik. Telur dihasilkan dari pembuahan antara capung (imago) jantan dan betina. Telur, oleh capung betina dilepaskan pada tanah dengan tekstur pasir atau debu. Telur akan menetas dan berkembang menjadi larva. Ditandai dengan adanya sarang berupa galian tanah.

2. Larva


Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Larva inilah yang kita kenal dengan nama “undur-undur”, dikarenakan jalannya yang mundur.

3. Pupa


Pupa adalah kepompong, pada saat undur-undur sudah tidak lagi melakukan kegiatan, pada saat itu juga terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Adanya gumpalan tanah berbentuk bola merupakan ciri undur-undur dalam fase pupa.

4. Imago


Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan. Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, binatang ini merupakan ordo Neuroptera. Ordo Neuroptera adalah serangga yang bersayap jala. Ciri serangga ini adalah mulut menggigit, dan mempunyai dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala.

Budidaya Undur-Undur

Untuk sekedar memelihara, biasanya dimulai dari fase larva berukuran kecil (kurang dari 2 cm). Undur-undur dapat dipelihara di dalam ruangan pada cetakan agar-agar atau gelas aqua ( untuk pemeliharaan secara soliter, 1 wadah untuk 1 ekor) yang sudah diisi pasir atau bisa juga dilepaskan pada media berpasir di luar ruangan. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai terkena sinar matahari atau siraman air.

Pada kondisi pemeliharaan yang terbatas/ sempit (di dalam cetakan agar-agar atau gelas aqua), undur-undur hanya dapat bermetamorfosis sampai tahap pupa (bahkan dapat mencapai fase imago, tapi dengan kondisi sayap dan ekor tidak sempurna).

Agar undur-undur dapat berkembangbiak, diperlukan lahan yang memadai. Dari hasil pengamatan (dari berbagai sumber), undur-undur yang dipelihara di luar ruangan (dibuatkan semacam gubuk bambu beratap seng, beralaskan tanah dan tanpa dinding), setelah undur-undur bermetamorfosis hingga fase imago (capung), akan didapatkan lubang-lubang sarang yang baru berukuran kecil disamping lubang-lubang sarang yang sudah ada.

Sarang Undur-undur

Hal ini (mungkin) dikarenakan lubang-lubang sarang yang sudah ada sebelumnya, mampu menjadi daya tarik bagi induk-induk capung untuk bertelur. Akan tetapi, hal tersebut masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti, kenyamanan, ketersediaan pakan, cahaya dan siraman air. Undur-undur yang selama hidupnya mendapatkan cukup makanan, cahaya dengan sedikit gangguan (misalnya tanpa diganggu oleh injakan kaki manusia, atau ayam, atau kucing, atau yang lainnya), setelah mencapai fase imago (capung), biasanya akan kawin dan meninggalkan telurnya di samping sarang-sarang yang sudah ada.

Pada undur-undur yang dipelihara dalam wadah terbatas, undur-undur yang bermetamorfosis hanya menjadi pupa (kepompong), dapat juga ditetaskan dalam wadah yang lebih luas agar organ-organ yang tumbuh menjadi sempurna saat bermetamorfosis menjadi imago (capung). Meskipun dengan kemungkinan yang sangat kecil sekali, capung-capung tersebut dapat bereproduksi menghasilkan keturunan-keturunan baru di lokasi yang nyaman bagi kelangsungan hidup selama menjadi undur-undur (bisa di lahan yang kita siapkan, bisa juga di lokasi yang lain).

Panen Undur-Undur

Undur-undur dapat dipanen (dipancing keluar dari sarangnya), dengan berbagai metode :

1. Dipancing dengan serangga yang diikat tali
Serangga yang dapat digunakan antara lain semut merah (semut rangrang) atau serangga lain yang bisa diikat dengan benang. Setelah umpan digigit, undur-undur akan mudah ditangkap.

2. Ditiup dengan sedotan
Dengan cara ditiup, massa pasir yang lebih ringan akan keluar terbawa tiupan angin. Sedangkan undur-undur dengan massa yang lebih berat akan tertinggal, sehingga mudah ditangkap.

3. Disendok dan diayak dengan jaring/ saringan teh
Setelah disendok, undur-undur yang diperkirakan ada di dalam sendok bersama pasir, dituang ke dalam jaring dan diayak, undur-undur akan kelihatan dan mudah ditangkap.

4. Didorong dengan lidi
Metode ini, merupakan metode penemuan tersendiri dan sering digunakan dalam berburu undur-undur. Pada lahan dengan jumlah sarang yang banyak, metode ini sangat cepat dan praktis untuk digunakan. Cukup dengan memasukkan lidi (atau tusuk gigi), tepat pada tengah-tengah sarang, undur-undur akan bergerak kebelakang (sesuai sifat berjalannya, mundur). Dengan mengetahui kemana arah undur-undur berjalan mundur, lidi yang sama digunakan untuk mendorong maju sehingga undur-undur keluar dari sarangnya dan mudah ditangkap.

Lalu apa khasiat Undur-undur?

Penggunaan Undur-undur untuk mengobati penyakit diabetes, dalam terminologi orang awam, hanya merupakan “pengobatan dukun” yang telah turun-temurun sejak dulu dan terbukti mujarab. Meski begitu, ternyata dalam perkembangannya telah ada praktisi kesehatan yang juga sering membuatkan resep Undur-undur untuk mengatasi gangguan gangren akibat kadar gula darah tinggi.

Dalam teori kesehatan, Undur-undur memang berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah. Undur-undur mirip dengan cacing tanah dan lintah yang dapat menembus atau menghancurkan gumpalan-gumpalan pada pembuluh darah.

Para praktisi kesehatan meyakini bahwa Undur-undur ini bisa membuat regenerasi sel menjadi lebih baik. Kandungan sulfonylurea yang terdapat di dalam Undur-undur ini ialah zat yang sama dengan sulfonylurea yang sudah biasa digunakan untuk pembuatan obat-obat diabetes melitus.

Kandungan sulfonylurea dalam undur-undur ternyata memiliki kinerja yang sama dengan obat diabetes melitus buatan yang kini banyak beredar. Sulfonylurea dalam bentuk anti-diabetik oral hanya cocok digunakan untuk mengobati diabetes melitus tipe 2 karena cara kerjanya memperbaiki pankreas dalam mensekresikan insulin.

Itulah, sekelumit tentang Cara Budidaya Undur-undur serta Khasiat Undur-undur Bagi Kesehatan. Dikarenakan alasan tersebutlah maka banyak para pemburu undur-undur yang akan menjadikannya sebagai ladang uang. Atau membudidayakannya sebagai ladang bisnis.

Tidak ada salahnya kalian mencoba bisnis yang satu ini. Peluang Usaha Budidaya Undur-undur memang tergolong masih baru, namun jika ditekuni hasilnya pun pasti akan memuaskan.

cara Mudah bisnis budidaya tanaman Jahe


 Budidaya Tanaman Jahe. Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia Pasifik, merupakan tanaman rumpun berbatang semu yang dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak, minuman, dan obat-obatan tradisional. Tanaman jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) dan sefamili dengan tanaman kunyit, kencur, temu lawak, dan lengkuas. Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia dan mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Saat ini jahe telah menjadi salah satu

 komoditas ekspor dengan harga dan permintaan yang cukup tinggi. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri. Negara-negara tujuan ekspor jahe adalah Amerikan Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, dan Hongkong.

A. Jenis-jenis Tanaman Jahe

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, jahe terbagi menjadi 3 varietas, yaitu:

jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum); rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil, dengan diameter 42 s/d 43 mm, tinggi 52 s/d 104 mm, dan panjang 123 s/d 126 mm. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri 2,58 s/d 3,9%, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.


    Jahe putih/kuning besar (Zingiber officinale var. officinarum) atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak; rimpangnya lebih besar dan gemuk dengan diameter 48 s/d 85 mm, tinggi 62 s/d 113 mm, dan panjang 158 s/d 327 mm. Ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Minyak astiri di dalam rimpang 0,82 - 2,8%.



    Jahe putih/kuning kecil (Zingiber officinale var. amarum) atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit; ruasnya kecil, diameter 32,7 s/d 40 mm, tinggi 63,8 s/d 111 mm, panjang 61 s/d 317 mm, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah (1,50 s/d 3,5 %), sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.



Syarat Tumbuh Tanaman Jahe

1. Iklim

    Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
   
 Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari dengan intensitas cahaya matahari 70 - 100% atau agak ternaungi sampai terbuka.

Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.

.2. Ketinggian Tempat

    Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
    Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 900 m dpl.

3. Media Tanam

    Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. 

    Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus.

    Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.

 Budidaya Tanaman Jahe
1. Pembibitan
1.1. Persyaratan Bibit Jahe
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

  •     Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
  •     Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
  •     Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.

1.2. Teknik Penyemaian Bibit Jahe

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan.

a) Penyemaian pada peti kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.

b. Penyemaian pada bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah.

Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

 Penyiapan Bibit Jahe
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

. Pengolahan Tanah

  Pembukaan Lahan

Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

 Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Tanah yang memiliki derajat keasaman < 4 (paling asam) dibutuhkan dolomit minimal sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan tanah yang memiliki derajat keasaman 5 (asam) dibutuhkan dolomit 5.5 ton/ha; serta yang memiliki derajat keasaman 6 (agak asam) dibutuhkan dolomit 0.8 ton/ha.

 Penanaman Jahe
Pada bedengan dibuat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 - 7 cm. Bibit jahe ditanam pada lubang-lubang tersebut dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.

 Pemeliharaan Tanaman

1. Penyiangan gulma

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

2. Penyulaman

Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.

3. Pembumbunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

4. Pengendalian organisme pengganggu tanaman

Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin.

Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkanoleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.

  Pemupukan

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

Panen

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.

Pemanenan jahe dilakukan dengan cara tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

 Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton rimpang segar per ha, calon varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%.

 Pascapanen

1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

3. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.

4. Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

5. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.